Tuesday, February 26, 2013

PNEUMOTORAKS


PNEUMOTORAKS

DEFINISI
Pneumotoraks adalah adanya udara di dalam rongga pleura. Pneumotoraks banyak terjadi pada penderita umur dewasa  (40tahun ). Laki-laki lebih banyak dari pada perempuan.

KLASIFIKASI
1.   Berdasarkan terjadinya.
a.   Artifisial
b.   Traumatik
c.    Spontan
2.   Berdasarkan lokasinya
a.   Pneumotoraks parietalis
b.   Pneumotoraks mediastinalis
c.    Pneumotoraks basalis
3.   Berdasarkan derajat kolaps
a.   Pneumotoraks totalis
b.   Pneumotoraks partialis
4.   Berdasarkan jenis fistel
a.   Pneumotoraks terbuka
Pneumotoraks dimana ada hubungan terbuka antara rongga pleura dan bronchus yang merupakan dunia luar. Dalam keadaan ini tekanan intra pleura sama dengan tekanan barometer (luar ). Tekanan intra pleura disekitar nol (0 ) sesuai dengan gerakan pernapasan. Pada waktu inspirasi tekanannya negatif dan pada waktu ekspirasi positif  + 2 ekspirasi
- 2 inspirasi

b.                      Pneumotoraks tertutup
Rongga pleura tertutup tidak ada hubungan dengan dunia luar. Udara yang dulunya ada di rongga pleura kemungkinan positif oleh karena diresorbsi dan tidak adanya hubungan lagi dengan dunia luar, maka tekanan udara di rongga pleura menjadi negatif. Tetapi paru belum mau berkembang penuh. Sehingga masih ada rongga pleura yang tampak meskipun tekanannya sudah negatif  - 4 ekspirasi
- 12 inspirasi
c.             Pneumotoraks ventil
Merupakan pneumotoraks yang mempunyai tekanan positif berhubung adanya fistel di pleura viseralis yang bersifat ventil.Udara melalui bronchus terus ke percabangannya dan menuju kearah pleura yang terbuka. Pada waktu inspirasi udara masuk ke rongga pleura dimana pada permulaan masih negatif. Pada waktu ekspirasi udara didalam rongga pleura yang masuk itu tidak mau keluar melalui lubang yang terbuka tadi bahkan udara ekspirasi yang mestinya dihembuskan keluar dapat masuk kedalam rongga pleura, apabila ada obstruksi dibronchus bagian proksimal dari fistel tersebut. Sehingga tekanan pleura makin lama makin meningkat sehubungan dengan berulangnya pernapasan. Udara masuk rongga pleura pada waktu ekspirasi oleh Karena udara ekspirasi mempunyai tekanan lebih tinggi dari rongga pleura, lebih-lebih kalau penderita batuk-batuk, tekanan udara di bronchus lebih kuat lagi dari ekspirasi biasa.

ETIOLOGI DAN PATHOGENESIS
·        Pada waktu inspirasi tekanan intra pleura lebih negatif daripada tekanan intra bronchial, maka paru akan berkembang mengikuti dinding thoraks sehingga udara dari luar dimana tekanannya nol (0) akan masuk bronchus sampai ke alveoli.
·        Pada waktu ekspirasi dinding dada menekan rongga dada sehingga tekanan intra pleura akan lebih tinggi dari tekanan di alveolus ataupun di bronchus sehingga udara ditekan keluar melalui bronchus.
·        Tekanan intra bronchial meningkat apabila ada tahanan jalan napas. Tekanan intra bronchial akan lebih meningkat lagi pada waktu batuk,bersin, atau mengejan, pada keadaan ini glottis tertutup. Apabila di bagian perifer dari bronchus atau alveolus ada bagian yang lemah maka akan pecah atau terobek.
·        Pneumotoraks terjadi disebabkan adanya kebocoran dibagian paru yang berisi udara melalui robekan atau pecahnya pleura. Robekan ini akan berhubungan dengan bronchus.
·        Pelebaran dari alveoli dan pecahnya septa-septa alveoli yang kemudian membentuk suatu bula di dekat suatu daerah proses non spesifik atau granulomatous fibrosis adalah salah satu sebab yang sering terjadi pneumotoraks, dimana bula tersebut berhubungan dengan adanya obstruksi emfisema.
·        Penyebab tersering adalah valve mekanisme di distal dari bronchial yang ada keradangan atau jaringan parut.
Secara singkat penyebab terjadinya pneumotorak menurut pendapat “ MACKLIN “ adalah sebagai berikut :
·        Alveoli disanggah oleh kapiler yang lemah dan mudah robek, udara masuk ke arah jaringan peribronchovaskuler apabila alveoli itu menjadi lebar dan tekanan didalam alveoli meningkat.
·        Apabila gerakan napas yang kuat, infeksi, dan obstruksi endobronchial merupakan fakltor presipitasi yang memudahkan terjadinya robekan.
Selanjutnya udara yang terbebas dari alveoli dapat menggoyakan jaringan fibrosis di peribronchovaskuler kearah hilus, masuk mediastinum dan menmyebabkan pneumotoraks atau pneumomediastinum.


Patofisiologi pneumothoraks menurut Macklio
Alveol disangga oleh kapiler yang mempunyai dinding lemah dan mudah robek, apabila alveoli tersebut melebar dan tekanan didalam alveoli meningkat maka udara masuk dengan mudah menuju kejaringan peribronkovarkuler gerakan nafas yang kuat, infeksi dan obstruksi endrobronkial merupakan beberapa factor presipitasi yang memudahkan terjadinya robekan selanjutnya udara yang terbebas dari alveoli dapat mengoyak jaringan fibrotik peri bronco vascular gerakan nafas yang kuat, infeksi dan obstruksi endobronkial merupakan beberapa factor presipitasi yang memudahkan terjadinya robekan selanjutnya udara yang terbebas dari alveoli dapat mengoyak jaringan fibrotik peri bronco vascular robekan pleura kearah yang berlawanan dengan tilus akan menimbulan pneumothoraks sedangkan robekan yang mengarah ke tilus dapat menimbulakan pneumomediastinum dari medrastinum udara mencari jalan menuju atas, ke arah leher. Diantara organ – organ di mediastinum terdapat jaringan ikat yang longgar sehingga mudah di tembus oleh udara. Dari leher udara menyebar merata di bawah kulit leher dan dada yang akhirnya menimbulkan emfisema sub kutis. Emfisema sub kutis dapat meluas kearah perut hingga mencapai skretum.





Pohon masalah
Trauma Dada
 
 



Mengenai rongga toraks sampai
rongga pleura, udara bisa masuk (pneumothorax)

Terjadi robekan Pembuluh Darah intercostal, pembuluh darah jaringan paru-paru.

Karena tekanan negative intrapleuraMaka udara luar akan terhisap masuk kerongga pleura (sucking wound)

Terjadi perdarahan :
(perdarahan jaringan intersititium, perarahan intraalveolar diikuti kolaps kapiler kecil-kecil dan atelektasi)



Tahanan perifer pembuluh paru naik
(aliran darah turun)

Oper penumothorax
Close pneumotoraks
Tension pneumotoraks

-     Ringan kurang 300 cc ---- di punksi
-     Sedang 300 - 800 cc ------ di pasang drain
-     Berat lebih 800 cc ------ torakotomi

Tek. Pleura meningkat terus

Mendesak paru-paru
(kompresi dan dekompresi),
pertukaran gas berkurang


Sesak napas yang progresif
(sukar bernapas/bernapas berat)
Bising napas berkurang/hilang
Bunyi napas sonor/hipersonor
Foto toraks gambaran udara lebih 1/4  dari rongga torak


-     Sesak napas yang progresif
-     Nyeri bernapas / pernafsan asimetris / adanya jejas atau trauma
-     Nyeri bernapas
-     Pekak dengan batas jelas/tak jelas.
-     Bising napas tak terdenga
-     Nadi cepat/lemah
-     Anemis / pucat
-     Poto toraks 15 - 35 % tertutup bayangan


WSD/Bullow Drainage


Terdapat luka pada WSD
Nyeri pada luka bila untuk bergerak
Ketidak efektifan pola pernapasan
Inefektif bersihan jalan napas

-         Kerusakan integritas kulit
-         Resiko terhadap infeksi
-         Perubahan kenyamanan : Nyeri perawatan WSD harus diperhatikan. Gangguan mobilitas fisik
-         Potensial Kolaboratif : Atelektasis dan Pergeseran mediatinum

GEJALA KLINIK
·        Keluhan : timbulnya mendadak, biasanya setelah mengangkat barang berat, habis batuk keras, kencing yang mengejan, penderita menjadi sesak yang makin lama makin berat.
·        Keluhan utama : sesak, napas berat, biasa disertai batuk-batuk. Nyeri dada dirasakan pada sisi sakit, terasanya berat (kemeng), terasa tertekan, terasa lebih nyeri  pada gerakan respirasi.

PEMERIKSAAN FISIK
·        Sesak ringan sampai berat, napas tertinggal, senggal pendek-pendek.
·        Tanpa atau dengan cyanosis.
·        Tampak sakit ringan sampai berat, lemah sampai shock, berkeringat dingin.
Berat ringannya keadaan penderita tergantung dari keadaan pneumotoraksnya.
·        Tertutup dan terbuka biasanya tidak berat.
·        Ventil ringan tekanan positif tinggi biasanya berat.
·        Selain itu tergantung juga keadaan paru yang lain dan ada atau tidaknya obstruksi jalan napas.
Pemeriksaan thoraks
·        Terjadi pencembungan dan pada waktu pergerakan napas tertinggal pada sisi  yang sakit.
·        Trachea dan jantung terdorong kesisi yang sehat
·        Icteus jantung terdorong ke sisi yang sehat
·        Fremitus suara melemah atau menghilang.
·        Suara ketuk hypersonor sampai tympani dan tidak menggetar.
·        Pada auskultasi suara napas melemah sampai menghilang, suara vokal melemah dan tidak menggetar.

PEMERIKSAAN RADIOLOGIS
Foto thoraks :
Pada foto tampak hitam yang merata dan bagian lain paru yang kolaps akan tampak garis yang merupakan tepi dari paru.

DIAGNOSIS
Diagnosa pasti berdasarkan tekanan udara yang lebih tinggi dari normal.

DIAGNOSA BANDING
·        Emfisema paru
·        Asma bronchia
KOMPLIKASI
·        Emfisema
·        Hemathoraks
·        Kardiogenik shock
·        Kegagalan pernapasan

PENATALAKSANAAN
·        Tindakan medis
·        Tindakan bedah

PENGOBATAN TAMBAHAN
Sesuai sebab lain di paru :
-. TB Paru
-.  Bronchitis kronis
-.  Istirahat total/ tidur

ASUHAN KEPERAWATAN

PENGKAJIAN KEPERAWATAN
A.  Riwayat keperawatan
Klien terdapat penyakit paru, bila ditemukan adanya iritan pada paru yang meningkat maka mungkin terdapat riwayat merokok. Penyakit yang sering ditemukan adalah pneumotoraks, hemotoraks, Pleural effusion atau empiema. Klien bias juga ditemukan adanya rwayat trauma dada  yang mendadak yang memerlukan tindakan pembedahan.

B.  Pemeriksaan
Adanya respirasi ireguler, takhipnea, pergeseran mediastinum, ekspansi dada asimetris. Adanya ronchi atau rales, suara nafas yang menurun, yang menurun, perkursi dada redup menunjukan adanya pleural effusion Sering ditemui sianosis perifel atau sentral, takhikardia, hipotensi,dan nyeri dada pleural. Pad pemeriksaan Blood gas terdapat kelainan pada PaO2 yang menurun dan   PCOyang meningkat. Terdapat ketidak seimbangan cairan elektrolit yang ringan missal pada  Na dan K.

C.  Faktor perkembangan / psikososial
Klien mengalami kecemasan, ketakutan terhadap nyeri, prosedur atau kematian, karena penyakit atau tindakan. Persepsi dan pengalaman lampau klien terhadap tindakan  ini atau hospitalisasi akan mempengaruhi keadan psikososial klien.

D.  Pengetahuan klien dan keluarga
Pengkajian diarahkan pada pengertian klien tentang tindakan WSD, tanda atau gejala yang menimbulkan kondisi ini, tingkat pengetahuan, kesiapan dan kemauan untuk belajar.

MASALAH DAN RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
DIAGNOSIS KEPERAWATAN  I
Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan  kekolaps – an paru, pergeseran mediastinum.
Tujan : Klien memiliki pertukaran gas yang optimal selama terpasang WSD
Kriteria standar : Klien memiliki tanda – tanda vital dbn, RR20 – 30/ menit, suhu 36,3 – 37,3 derajad/ menit, nadi 80 – 100 kali/ menit. Keutuhan WSD terjaga, aliran (udara / cairan ) lancar, selang tidak ada obstruksi dan tidak terjadimsianosispada klien.

Intervensi
1.   Berikan pengertian tentang


2.   prosedur tindakan WSD, kelancaran dan akibatnya
3.   Periksa WSD lokasi insersi, selang drainage dan botol.
4.    
5.   Observasi tanda – tanda vital


6.   Observasi analisa Blood gas.

7.   Kaji karakteristik suara pernapasan, sianosis terutama selama fase akut.

8.   Berikan posisi semi fowler (600- 900)


9.   Anjurkan klien untuk nafas yang efektif

10.               Bila perlu berikan oksigen sesuai advis

Rasional
Pengertian akan membawa pada motivasi untuk berperan aktif sehingga tercipta perawatan mandiri.
WSD yang obstruksi akan selalu terkontrol karena klien dan keluarga kooperatif.
Adanya kloting merupakan tanda penyumbatan  WSD yang berakibat paru kolaps.
Hipertemi, Takhikardi, Tackhipnea merupakan tanda – tanda  ketidakoptimalan fungsi paru.
Ketidak normalan ABG menunjukan adanya gangguan pernapasan.
Adanya ronchi, Rales dan sianosis merupakan tanda – tanda ketidakefektifan fungsi pernapasan
Posisi ini menggerakan abdominal jauh dari diafragma sehingga memberikan fasilitas untk kontraksi dan ekspansi paru maksimal.
Nafas efektif akan melancarkan proses pertukaran gas.
Pemberian oksigen menurunkan kerja otot – otot pernafasan dan memberikan  suplai tambahan oksigen.

Diagnosis keperawatan  II
Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan insersi WSD
Tujuan : Klien bebas dari infeksi pada lokasi insersi selama pemasangan WSD.
Kriteria standart : Bebas dari tanda – tanda infeksi : Tidak ada kemerahan, Purulent, Panas, dan nyeri yang meningkat serta fungsiolisa. Tanda – tanda vital dalam batas normal.

Intervensi
1.   Berikan pengertian dan motivasi tentang perawatan WSD

2.   Kaji tanda – tanda infeksi

3.   Monitor reukosit dan LED

4.   Dorongan untuk nutrisi yang optimal

5.   Berikan perawatan luka dengan teknik aseptikdan anti septic

6.   Bila perlu berikan  AntiBiotik sesuai advis.

Rasional
Perawatan mandiri seperti menjaga
luka dari hal yang septic tercipta bila klien memiliki pengertian yang optimal
Hipertemi, kemerahan, purulent, menunjukan indikasi infeksi.
Leukositosis dan LED yang meningkat menunjukan indikasi infeksi.
Mempertahankan status nutrisi serta mendukung system immune
Perawatan luka yang benar akan menimbulkan pertumbuhan mikroorganisme
Mencegah atau membunuh pertumbuhan mikroorganisme

Diagnosis Keperawatan  III
Devisit volume cairan berhubungan dengan hilangnya cairan dalam waktu cepat
Tujuan : Klien akan mempertahankan  keseimbangan cairan selama prosedur tindakan WSD.
Kriteria Standart : Memiliki drainage output yang optimal, Turgor kulit spontan tanda – tanda vital dalam batas normal, Mempertahankan HB, Hematokritdan elektrolit alam batas normal. Orientasi adekuat dan klien dapat beristirahat dengan nyaman.
Intervensi
1.   Cacat drainage outpt setiap jam  sampai delapan jam kemudian 4 – 8 jam]

2.   Observasi tanda – tanda defisit volume cairan



3. Berikan intake yang optimal bila   perlu melalui parenteral

Rasional
40 – 100 ml cairan sangonius pada jam 8 post op adalah normal, tetapi kalau ada peningkatan mungkin menunjukan indikasi perdarahan.
Hipotensi, tachikardi, tachipnea, penurunan kesadaran, pucat diaporosis, gelisah merupakan tanda – tanda perdarahan yang mengarah devisit volume cairan.
Intake yang optimal akan kebutuhan cairan tubuh. Cairan parenteral merupakan suplemen tambahan.

Diagnosis Keperawatan  IV
Gangguan  mobilitas fisik berhubngan dengan ketidak nyamanan sekunder akibat pemasangan WSD.
Tujuan : Klien memiliki mobilitas fisik yang adekuat selama pemasangan WSD.
Kriteria Standart : Klien merasakan nyeri berkurang selama bernafas dan bergerak, klien memiliki range of motion optimal sesuai dengan kemampuannya, mobilitas fisik sehari – hari terpenuhi.
Intervensi
1.   Kaji ROM pada ekstrimitas  atas tempat insersi WSD

2.   Kaji tingkat nyeri dan pemenuhan aktifitas  sehari – hari

3.   Dorong exercise ROM aktiif atau pasif ada lengan dan bahu dekat tempat insersi.

4.   Dorong klien untuk exercise ekstrimitas bawah dan Bantu ambulansi
5.   Berikan tindakan distraksi dan relaksasi

Rasional
Mengetahui tangda – tanda awal  terjadinya kontraktur, sehingga bias dibatasi.
Nyeri yang meningkat akan membatasi pergerakan sehingga mobilitas fisik sehari –hari mengalami gangguan.

Mencegah stiffness dan kontraktur dari kuangnya pemakaian lengan dan bahu dekat tempat insersi

Mencegah stasis vena dan kelemahan otot


Distraksi dan relaksasi berfungsi memberikan kenyamanan untuk beraktifitas sehari – hari.

Diagnosis keperawatan V
Kurangnya pengetahuan  berhubungan dengan  keterbatasan informasi terhadap  prosedur tindakan WSD.
Tujuan : Klien mampu memverbalkan pengertian tentang prosedur tindakan WSD sesuai kemampuan dan bahasa yang dimiliki.
Kriteria Standart : Klien mampu  memverbalkan alasan tindakan WSD, mampu mendemonstrasikan perawatan WSD minimal  mampu kooperatif terhadap tindakan yang dilakukan.

Intevensi
1.   Kaji keadaan fisik dan emosional klien saat akan dilakukan tindakan health education (penyuluhan)
2.   Berikan pengertian tentang prosedur  tindakan WSD
3.   Demonstrasikan perawatan  WSD i depan  klien dan keluarganya.
Rasionalisasi
Kondisi fisik tidak nyaman dan ketidak siapan mental merupakan factor utama adanya halangan penyampaian informasi.
Pengertian membawa perubahan pengetahuan, sikapdan psikomator.
Demonstrasi merupakan  suatu metode yang tepat dalam penyampaian suatu informasi sehingga mudah di pahami.


Evaluasi :
Klien  akan mencapai re-ekspasi jaringan paru yang optimal  dengan berbagai masalah keperawatan yang dialami.

DAFTAR PUSTAKA


Caine, R,M. and Bufalino, P.M, Nursing Care Planing guides For adult William and Wilkins, 1987, USA

Purwadianto, A, dan Sampurna, B, Kedaruratan Medik : Pedoman Penatalaksanaan Praktis, Edisi revisi, Bina rupa Aksara, 2000, Jakarta

Wilson, S.F. and Thompson, J. M, Respiratori  disorder ijn clinical nursing Series  Mosbi year book  Inc, 1997, USA


Enhanced by Zemanta

No comments:

Post a Comment