Saturday, March 16, 2013

Internet Download Manager / IDM


Internet Download Manager / IDM
Internet Download Manager/IDM adalah sebuah tools yang dapat meningkatkan suatu kecepatan, Internet Download Manager tentu sangatlah diperlukan dan dapat menjadi prioritas utama sebuah komputer untuk menginstalasi sebuah software ini.
#117, IDM
#117, IDM (Photo credit: Aris FM)
Kelebihan software gratis IDM ini dapat meningkatkan sebuah performa kecepatan download sampai dengan 5 kali lipat dan mendukung semua browser diantaranya Mozilla Firefox, Microsoft Internet Explorer, Opera, Mozilla Firebird, MSN Explorer, AOL, Netscape, Avant Browser, MyIE2 dan browser populer lainnya

Clik Download IDM 6.15

Clik Download IDM Lifetime Patcher 2.0

Related articles
Enhanced by Zemanta

Friday, March 15, 2013

Driver Printer Canon PIXMA




 Download Driver Canon IP 2770 / IP 2700 


Driver Printer Canon PIXMA IP2700

Printer canon memang sangat populer dan banyak digunakan. Setiap pembelian printer merk apa saja selalu disertakan dengan CD Driver Printer yang digunakan untuk menyambungkan perangkan komputer ke printer itu sendiri. kalau CD Driver bawaan hilang atau rusak sehingga tidak bisa digunakan lagi. membagikan link download driver canon IP 2770 / IP 2700, Semoga Driver Canon IP 2770 / IP 2700 ini berguna

 

 

Clik download Driver Printer Canon PIXMA MP 258 

 clik download Canon PIXMA MP140 

clik Download  Canon PIXMA MP170

clik download Canon PIXMA iP3300 

clik download Canon PIXMA iX7000

clik download Canon PIXMA MP180

 

Menginstal ulang driver printer Canon IP 1880 anda silahkan anda download dan install di Pc atau laptop anda.

Clik download driver printer Canon IP 1880 

 

 

 

 

Thursday, March 14, 2013

TUGAS-TUGAS PERAWAT DALAM SETIAP TEORI PENUAAN

Tugas-Tugas Perawat Dalam Setiap Teori Penuaan

1.      PENDAHULUAN
Kemajuan ekonomi, perbaikan lingkungan hidup dan majunya ilmu pengetahuan terutama karena kemajuan ilmu kedokteran, mampu meningkatkan umur harapan hidup (life expectancy). Akibatnya jumlah orang yang lanjut usia akan bertambah dan ada kecenderungan akan meningkat lebih cepat.
Jumlah penduduk usia lanjut Indonesia sat ini semakin bertambah. Lembaga demografi Universitas Indonesia melaporkan penduduk usia lanjut 3,4 %  dari tahun 1985, 5,8% tahun 1990. Tahun 2000 diperkirakan 7,4 % dari jumlah penduduk Indonesia atau sekitar 15,3 juta orang akan berusia di atas 60 tahun.
Permasalahan pada usia lanjut 38% adalah masalah kesehatan (Hanafi Sigit 1998), disamping permasalahan lain seperti keuangan, kesepian, marasa tak berguna lagi. Bertambahnya jumlah penduduk berusia lanjut akan menimbulkan berbagai masalah meliputi masalah medis teknis, mental psikologis dan sosial ekonomi. Kebutuhan pelayanan kesehatan pada usia lanjut daripada usia lain. Selain terjadinya perubahan pola penyakit ke pola penyakit degeneratif, proses penyembuhannya sendiri memerlukan waktu lebih lama.
Penanganan penyakit pada usia lanjut bersifat khusus, hal itu karena penyakit pada usia lanjut biasanya tidak berdiri sendiri (multipatologi), fungsi organ tubuh sudah menururn, rentan terhadap penyakit atau stress, lebih sering memerlukan rehabilitasi yang tepat. Oleh karena itu, kelompok usia lanjut memerlukan perhatian dan upaya khusus di bidang kesehatan.

2.      TEORI TENTANG PROSES PENUAAN 
Proses penuaan dipandang sebagai sebuah proses total dan sudah dimulai saat masa konsepsi. Meskipun penuaan adalah sebuah proses berkelanjutan, belum tentu seseorang meninggal hanya karena usia tua.  Sebab individu memiliki perbedaan yang unik terhadap genetik, sosial, psikologik, dan faktor-faktor ekonomi yang saling terjalin dalam kehidupannya menyebabkan peristiwa menua berbeda pada setiap orang.  Dalam sepanjang kehidupannya, seseorang mengalami pengalaman traumatik baik fisik maupun emosional yang  bisa melemahkan kemampuan seseorang untuk memperbaiki atau mempertahankan dirinya.  Akhirnya periode akhir dari hidup yang disebut senescence terjadi saat oraganisme biologik tidak dapat menyeimbangkan lagi mekanisme “Pengrusakan dan Perbaikan”.
2.1  Teori Biologik
Menurut Mary Ann Christ et al. (1993), penuaan merupakan proses yang secara berangsur mengakibatkan perubahan yang kumulatif dan mengakibatkan perubahan di dalam yang berakhir dengan kematian. Penuaan juga menyangkut perubahan sel, akibat interaksi sel dengan lingkungannya, yang pada akhirnya menimbulkan perubahan degeneratif.
Teori biologis tentang proses penuaan dapat dibagi menjadi teori intrinsik dan ekstrinsik.  Intrinsik berarti perubahan yang berkaitan dengan usia, timbul akibat penyebab di dalam sel sendiri, sedangkan teori ekstrinsik menjelaskan bahwa perubahan yang  terjadi diakibatkan oleh pengaruh lingkungan.
Faktor intrinsik, peranan enzym seperti DNA polymerase yang berperan besar pada penggandaan dan perbaikan DNA, serta enzym proteolytik yang dapat menemukan sel yang mengalami degradasi protein sangat penting. Sedangkan pada faktor ekstrinsik yang penting dikemukakan adalah radikal bebas,  fungsi kekebalan seluler dan humoral, oksidasi stress, cross link serta mekanisme “dipakai dan aus” sangat menentukan dalam proses penuaan yang terjadi .
Adanya  faktor pengaruh intrinsik dan  ekstrinsik tadi pada akhirnya akan mempengaruhi tingkat perubahan pada sel , sel otak dan saraf, gangguan otak , serta jaringan tubuh lainnya.

2.2  Teori Sosial
Teori sosiologis tentang penuaan yang selama ini dianut adalah :
2.2.1        Teori Interaksi Sosial (Social  Exchange Theory).
Teori ini mencoba menjelaskan mengapa lansia bertindak pada suatu situasi tertentu, yaitu atas dasar hal-hal yang dihargai masyarakat. Mauss   (1954), Homans (1961) dan Blau (1964) mengemukakan bahwa interaksi sosial didasarkan atas hukum pertukaran barang dan jasa, sedangkan pakar lain Simmons (1945) mengemukakan bahwa kemampuan lansia untuk terus menjalin interaksi sosial merupakan kunci untuk mempertahankan status sosialnya untuk melakukan tukar menukar.
Pokok-pokok Social Exchanger Theory sebagai berikut :
a.       Masyarakat terdiri atas aktor-aktor sosial yang berupaya mencapai tujuannya masing-masing.
b.      Dalam upaya tersebut terjadi interaksi sosial yang memerlukan biaya dan waktu.
c.       Untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai seorang aktor akan mengeluarkan biaya.
d.      Aktor senantiasa berusaha mencari keuntungan dan mencegah terjadinya kerugian.
e.       Hanya interaksi yang ekonomis saja yang dipertahankan olehnya.

2.2.2        Teori Penarikan Diri (Disengagament Theory)
Cumming  dan Henry ( 1961) mengemukakan bahwa kemiskinan yang diderita lansia dan menurunnya derajat kesehatan mengakibatkan seseorang lansia secara perlahan-lahan menarik diri dari pergaulan sekitarnya. Selain hal tersebut, dari pihak masyarakat juga mempersiapkan  kondisi agar para lansia menarik diri. Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial lansia menurun baik secara kualitas maupun secara kuantitas.
            Pokok-pokok disenggagement theory adalah :
a.       Pada pria, kehilangan peran utama hidup terjadi pada masa  pensiun. Pada wanita terjadi pada masa peran dalam keluarga berkurang misalnya saat anak menginjak dewasa dan meninggalkan rumah untukbelajar dan menikah.
b.      Lansia danmasyarakat menarik manfaat dari hal ini, karena lansia dapat merasakan bahwa tekanan sosial berkurang sedangkan kaum muda memperoleh kerja yang lebih luas.
c.       Tiga aspek utama dalam teori ini adalah :
-          Proses menarik diri terjadi sepanjang hidup
-          Proses tak dapat dihindari
-          Hal ini diterima lansia dan masyarakat.

2.2.3        Teori Aktivitas (Activity theory)
Teori ini dikembangkan oleh Palmore (1965) dan Lemon et al. (1972) yang mengatakan bahwa penuaan yang sukses tergantung dari bagaimana lansia merasakan kepuasan dalam melakukan aktifitas dan mempertahankan aktivitas tersebut selama mungkin.
Pokok-pokok teori aktivitas adalah :
a.       Moral dan kepuasan berkaitan dengan interaksi sosial dan keterlibatan sepenuhnya dari lansia di masyarakat.
b.      Kehilangan peran akan menghilangkan kepuasan seorang lansia.
2.2.4        Teori Kesinambungan (Continuity Theory)
Teori ini mengemukakan adanya kesinambungan dalam siklus kehidupan lansia, dengan demikian pengalaman hidup seseorang  pada suatu saat merupakan gambarannya kelak pada saat ini menjadi lansia. Dan hal ini dapat terlihat bahwa gaya hidup perilaku dan harapan seorang ternyata tak berobah walaupun ia menjadi lansia.
Pokok-pokok dari continuity theory adalah :
a.       L:ansia tak disarankan untuk melepaskan peran atau harus aktif dalam proses penuaan, akan tetaoi didasarkan pada pengalamannya di masa lalu, dipilih peran apa yang harus dipertahankan atau dihilangkan.
b.      Peran lansia yang hilang tak perlu diganti.
c.       Lansia dimungkinkan untuk memilih berbagai macam cara adaptasi.

2.2.5        Teori Perkembangan (Development Theory)
Teori ini menekankan pentingnya mempelajari apa yang telah dialami oleh lansia pada saat muda hingga dewasa, dengan demikian perlu dipahami teori Freud, Buhler, Jung dan Erikson.
Sigmund Freud meneliti tentang psikoanalisa dan perubahan psikososial anak dan balita . Erikson (1930) membagi kehidupan menjadi 8 fase dan lansia perlu menemukan integritas diri melawan keputusasaan (ego integrity versus despair)..
Havighurst dan Duvall menguraikan tujuh jenis tugas perkembangan (development tasks) selama hidup yang harus dilaksanakan oleh lansia yaitu ;
a.       Penyesuaian terhadap penurunan fisik dan psikis
b.      Penyesuaian terhadap pensiun dan penurunan pendapatan
c.       Menemukan makna kehidupan
d.      Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan
e.       Menemukan kepuasan dalam hidup berkeluarga
f.       Penyesuaian diri terhadap kenyataan akan meninggal dunia
g.      Menerima dirinya sebagai calon lansia
Joan Birchenall  RN, Med dan Mary E Streight RN (1973) menekankan perlunya mempelajari psikologi perkembangan guna mengerti perubahan emosi dan sosial seseorang selama fase kehidupannya.
Pokok-pokok dalam development theory adalah :
a.        Masa tua merupakan saat lansia merumuskan seluruh masa kehidupannya.
b.       Masa tua merupakan masa penyesuaian diri terhadap kenyataan sosial yang baru yaitu pensiun dan atau menduda atau menjanda.
c.        Lansia harus menyesuaaikan diri akibat perannya yang berakhir dalam keluarga, kehilangan identitas dan hubungan sosialnya akibat pensiun, ditinggal mati oleh pasangan hidup dan teman-temannya.

2.2.6        Teori Stratifikasi Usia (Age Stratification Theory)
Wiley (1971), menyusun stratifikasi lansia berdasarkan usia kronologis yang menggambarkan serta membentuk adanya perbedaan kapasitas peran, kewajiban, serta hak mereka berdasarkan usia. Dua elemen penting dari model stratifikasi usia tersebut adalah struktur dan prosesnya.
Pokok-pokok dari teori ini adalah :
a.       Arti usia dan posisi kelompok usia bagi masyarakat
b.      Terdapatnya transisi yang dialami oleh kelompok
c.       Terdapatnya mekanisme pengalokasian peran diantara penduduk.

2.3  Teori Psikologi
3.2.1       Teori Kebutuhan Manusia menurut Hierarki Maslow
Menurut teori ini, setiap individu memiliki hirarki dari dalam diri, kebutuhan yang memotivasi seluruh perilaku manusia (Maslow, 1954). Kebutuhan ini memiliki urutan prioritas yang berbeda. Ketika kebutuhan dasar manusia sudah terpenuhi, mereka berusaha menemukannya pada tingkat selanjutnya sampai urutan yang paling tinggi dari kebutuhan terbsebut tercapai. Semua kebutuhan ini sering digambarkan seperti sebuah segitiga dimana kebutuhan dasar terletak paling bawah/di dasar.

3.2.2       Teori Individual Jung
Carl Jung (1960) menyusun sebuah teori perkembangan kepribadian dari seluruh fase kehidupan  yaitu mulai dari masa kanak-kanak, masa muda dan masa dewasa muda, usia pertengahan sampai lansia. Kepribadian individu terdiri dari Ego, ketidaksadaran seseorang dan ketidaksadaran bersama. Menurut teori ini kepribadian digambarkan/diorientasikan terhadap dunia luar (ekstroverted) atau ke arah subyektif, pengalaman-pengalaman dari dalam diri  (introvert).  Keseimbangan antara kekuatan ini dapat dilihat pada setiap individu, dan merupakan hal yang paling penting bagi kesehatan mental.

3.2.3       Teori Proses Kehidupan Manusia
Charlotte Buhler (1968) menyusun sebuah teori yang menggambarkan perkembangan manusia yang didasarkan pada penelitian ektensif dengan menggunakan biografi dan melalui wawancara. Fokus dari teori ini adalah mengidentifikasi dan mencapai tujuan hidup manusia yang melewati klima fase proses perkembangan. Menurutnya, pemenuhan kebutuhan diri sendiri merupakan kunci perkembangan yang sehat dan itu membahagiakan, dengan kata lain orang yang tidak dapat menyesuaikan diri berarti dia tidak dapat memenuhi kebutuhannya dengan beberapa cara.
Pada tahun 1968 Buhler mengembangkan awal pemikirannya yang secara jelas mengidentifikasi lima fase yang terpisah dalam pencapaian tujuan kehidupan yang dilewati manusia. Pada masa kanak-kanak belum terbentuk tujuan hudup yang spesifik dan pada masa depan pengakhiran kehidupan juga tidak jelas. Masa remaja dan masa dewasa muda dicapai hanya sekali dalam kehidupan. Seseorang mulai mengkonsep tujuan-tujuan hidup yang spesifik dan memperokleh pengertian terhadap kemampuan individu. Saat berumur 25 tahun seseorang menjadi lebih konkrit mengenai tujuan hidupnya dan secara aktif diterapkan dalam diri mereka. Buhler melihat fase akhir dari lansia (usia 65 atau 70 tahun) sebagai usia untuk mengakhiri cita-citanya yang muluk untuk mencapai tujuan hidup.

3.      TUGAS-TUGAS PERAWAT DALAM SETIAP TEORI PENUAAN
3.1  Tugas Perawat dalam Teori Biologi
Perawatan yang memperhatikan kesehatan objektif, kebutuhan, kejadian-kejadian yang dialami klien lansia semasa hidupnya, perubahan fisik pada organ tubuh, tingkat kesehatan yang masih bisa dicapai dikembangkan, penyakit yang dapat dicegah atau ditekan progresifitasnya.
Perawatan fisik secara umum bagi klien lansia dapat dibagi atas 2 bagian yakni :
  1. Klien lansia yang masih aktif, dimana keadaan fisiknya masih mampu bergerak tanpa bantuan orang lain sehingga untuk kebutuhannnya sehari-hari masih mampu melakukan sendiri.
  2. Klien lansia yang pasif atau tidak dapat bangun, dimana keadaan fisiknya mengalami kelumpuhan atau sakit.
Perawat harus mengetahui dasar perawatan klien lansia ini terutama hal-hal yang berhubungan dengan kebersihan perorangan untuk mempertahankan kesehatannya. Kebersihan perorangan sangat penting dalam usaha mencegah timbulnya penyakit/peradangan mengingat sumber infeksi dapat timbul bila kebersihan kurang mendapat perhatian.
Disamping itu kemunduran  kondisi fidik akibat proses penuaan dapat mempengaruhi ketahanan tubuh terhadap gangguan atau serangan infeksi dari luar.
Untuk klien lansia yang aktif dapat diberikan bimbingan mengenai kebersihan mulut dan gigi, kebersihan kulit dan badan, kebersihan kuku dan rambut, kebersihan temopat tidur serta posisinya, hal makan, cara memakan obat, dan cara pindah dari tempat tidur ke kursi atau sebaliknya.
Komponen pendekatan fisik yang lebih mendasar adalah memperhatikan dan membantu para klien lansia untuk bernafas dengan lancar, makan (termasuk memilih dan menentukan makanan), minum melakukan eliminasi, tidur, menjaga sikap tutbuh waktu berjalan, duduk, merubah posisitiduran, beristrahat, kebersihan tubuh, memakai dan menukar pakaian, mempertahankan suhu badan, melindungi kulit dari kecelakaan. 
Dari hasil rangkuman Pertemuan Kesehatan persiapan Usia Lanjut oleh Depkes (1995) ditetapkan Penjaringan Kesehatan Lansia dengan cara sebagai berikut :
GIZI
a.       Pengamatan
D = disease
E  = eating poorly
T  = tooth loss
E  = economic hardship
R  = reduced social contact
M = Multiple medicine
I  = involuntary weight loss and gains
N = need assistance in self care
E  = elder years
b.      Pendidikan gizi dan konseling diet
c.       Prinsip gizi yang harus diikuri oleh lansia :
-          Kecukupan kalori 5 – 10 % kurang dari usia 20 – 25 tahun
-          Kecukupan lemak maksimak 25 % diutamakan lemak tak jenuh
-          Protein normal 10 – 12 % dari kecukupan energi, 10 % berasal dari hewani
-          Hidrat arang,  gula murni dikurangi
-          Vitamin dan mineral harus cukup terutama vitamin B, Vitamin C, asam folat, kalsium dan Fe





OLAHRAGA
            Latihan olahraga yang baik dan benar serta teratur harus memenuhi komponan sebagai berikut:
1.      Peregangan dan pemanasan 10 – 15 menit
2.      Latihan initi 15 – 60 menit
3.      Pendinginan 10 – 15 menit
Faktor yang diperhatikan :
            1. Intensitas latihan ………………pra usia lanjut 60 % - 80 %  DNM
                DNM (Denyut Nadi Maksimal ) : 220 – usia x menit
                Contoh : Bila usia 40 tahun DNM  = 220 – 40  = 180 x / mnt
                               Batas atas 85 % = 85 % -x 180 x/mnt   = 153 x/mnt
                               Batas bawah 60 % = 60 % x 180 x/mnt = 108 x/mnt
            2. Frekuensi latihan --------------------3 – 5 x seminggu
            3. Lamanya latihan -------------------- 30 – 45 menit, tidak termasuk waktu
                pemanasan dan pendinginan.
            Toleransi terhadap kekurangan O2 sangat menurun pada klien lansia, untuk itu kekurangan O2 yang mendadak harus dicegah dengan cara posisi bersandar pada beberapa bantal, jangan makan terlalu banyak, jangan melakukan gerak badan yang berlebihan dan sebagainya.
            Seorang perawat harus dapat memotifasi para klien lansia agar mau dan menerima makanan yang disajikan. Kurangnya kemampuan mengunyah sering dapat menyebabkan hilangnya nafsu makan. Untuk mengatasi masalah ini adalah dengan menghidangkan makanan lunak atau memakai gigi palsu. Waktu makan yang teratur, menu bervariasi dan bergizi, makanan yang serasi, serta suasana yang menyenangkan dapat menambah selera makan, bila ada penyakit tertentu perawat harus mengatur makanan sesuai diet yang dianjurkan.
            Perawat perlu mengadakan pemeriksaan kesehatan terutama pada klien lansia yang diduga menderita penyakit tertentu atau secara berkala dilakukan bila terdapat kelainan tertentu misalnya batuk-batuk, pilek, (terutama klien lansia yang tinggal di panti Werda ).
            Perawat perlu memberikan penjelasan dan penyuluhan kesehatan, mengkaji penyebab keluhan, kemudian mengkomunikasikan dengan klien tentang cara pemecahannya.
            Perawat harus mendekatkan diri dengan klien lansia, membimbing dengan sabar dan ramah, sambil bertanya apa yang dirasakan, bagaimana tentang tidur, makan, apakah obat sudah diminum, apakah mereka bisa melaksanakan ibadah dan sebagainya. Sentuhan ( misalnya genggaman tangan ) terkadang sangat berarti bagi mereka.

3.2  Tugas Perawat Dalam Teori Sosial
Perawat sebaiknya memfasilitasi sosialisasi antar lansia dengan mengadakan diskusi dan tukar pikiran serta bercerita sebagai salah satu upaya pendekatan sosial. Memberi kesempatan untuk berkumpul bersama berarti menciptakan sosialisasi antar manusia, yang menjadi pegangan bagi perawat bahwa orang yang dihadapinya adalah mahluk sosial yang membutuhkan orang lain. Hubungan yang tercipta adalah hubungan sosial antara werda dengan werda maupun werda dengan perawat sendiri.
Perawat memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada para werda untuk mengadakan komunikasi, melakukan rekreasi seperti jalan pagi, menonton film atau hiburan-hiburan lain karena mereka perlu diransang untuk mengetahui dunia luar. Dapat disadari bahwa pendekatan komunikasi dalam perawatan tidak kalah pentingnya dengan upaya pengobatan medis dalam proses penyembuhan atau ketenangan para klien lansia.
Menurut Drs H. Mannan dalam bukunya Komunikasi dalam Perawatan mengatakan : tidak sedikit klien tidak bisa tidur karena stres. Stres memikirkan penyakitnya, biaya hidup, keluarga yang dirumah, sehingga menimbulkan kekecewaan, rasa ketakutan atau kekhawatiran, rasa kecemasan dan sebagainya. Untuk menghilangkan rasa jemu dan menimbulkan perhatian terhadap sekelilingnya perlu diberikan kesempatan kepada mereka untuk antara lain ikut menikmati keadaan diluar, agar mereka merasa masih ada hubungan dengan dunia luar.
Tidak jarang terjadi pertengkaran dan perkelahian diantara mereka (terutama bagi yang tinggal di panti werda ), hal ini dapat diatasi dengan berbagai usaha, antara lain selalu mengadakan kontak sesama mereka, makan dan duduk nbersama, menanamkan rasa kesatuan dan persatuan, senasib dan sepenanggungan,  mengenai hak dan kewajiban bersama. Dengan demikian perawat tetap mempunyai hubungan komunikasi baik sesama mereka maupun terhadap petugas yang secara langsung berkaitan dengan pelayanan klien lansia di panti werda.

3.3  Tugas Perawat dalam Teori Psikologi
            Perawat mempunyai peranan penting untuk mengadakan pendekatan edukatif pada klien lansia, perawat dapat berperan sebagai supporter, interpreter terhadap segala sesuatu yang asing sebagai penampung rahasia yang pribadi dan sebagai sahabat yang akrab. Perawat hendaknya memiki kesabaran dan ketelitian dalam memberikan kesempatan dan waktu yang cukup banyak untuk menerima berbagai bentuk keluhan agar mereka merasa puas.
            Pada dasarnya klien lansia membutuhkan rasa aman dan cinta kasih dari lingkungannya termasuk perawat yang memberikan perawatan. Untuk itu perawat harus menciptakan suasana yang aman, tidak gaduh, membiarkan mereka melakukan kegiatan dalam batas kemampuan dan hobby yang dimilikinya.
            Perawat harus dapat membangkitkan semangat dan kreasi klien lansia dalam memecahkan dan mengurangi rasa putus asa, rasa rendah diri, rasa keterbatasan, sebagai akibat dari ketidakmampuan fisik dan kelainan yang dideritanya, hal ini perlu dilakukan karena : perubahan psikologi terjadi bersama dengan makin lanjutnya usia. Perubahan-perubahan ini meliputi gejala-gejala seperti menurunnya dayaingat untuk peristiwa yang baru terjadi, berkurangnya kegairahan atau keinginan, peningkatan kewaspadaan, perubahan pola tidur dengan suatu kecenderungan untuk tiduran di waktu siang dan pergeseran libido.
            Perawat harus sabar mendengarkan cerita-cerita yang membosankan, jangan mentertawakan atau memarahi bila klien lansia lupa atau bila melakukan kesalahan. Harus diingat, kemunduran ingatan akan mewarnai tingkah laku mereka  dan kemunduran ingatan jangan dimanfaatkan untuk tujuan-tujuan tertentu.
            Bila perawat ingin merubah tingkah laku dan pandangan mereka terhadap kesehatan, perawatbisa melakukannya secara perlahan-lahan dan bertahap, perawat harus dapat mendukung mental mereka ke arah pemuasan pribadi sehingga pengalaman yang dilaluinya tidak menambah beban, bila perlu diusahakan  agar di masa lansia ini mereka tetap merasa puas dan bahagia.

4.      KESIMPULAN
            Proses penuaan dapat ditinjau dari aspek biologis, sosial dan psikologik. Teori-teori biologik  sosial dan fungsional telah ditemukan untuk menjelaskan dan mendukung berbagai definisi mengenai proses menua.
            Dan pendekatan multi disiplin mengenai teori penuaan, perawat harus memiliki kemampuan untuk mensintesa berbagai teori tersebut dan menerapkannya secara total pada lingkungan perawatan klien usia lanjut termasuk aspek fisik, mental/emosional dan aspek-aspek sosial. Dengan demikian pendekatan eklektik akan menghasilkan dasar yang baik saat merencanakan suatu asuhan keperawatan berkualitas pada klien lansia. 

DAFTAR PUSTAKA
Gunawan  S, Nardho, Dr, MPH, 1995, Upaya Kesehatan Usia Lanjut. Jakarta: Dep Kes R.I.
Lueckennotte,  Annette  G,  1996, Gerontologic Nursing, St. Louis : Mosby Year Incorporation.
Nugroho, Wahyudi, SKM, 1995, Perawatan Lanjut Usia, Jakarta : EGC
Anonym, Panduan Gerontologi, Jakarta: EGC

Tuesday, March 12, 2013

PEMPHIGUS VULGARIS

PENDAHULUAN

Pemphigus berasal dari bahasa yunani yaitu kata pemphix yang artinya gelembung atau bula, pemhigus vulgaris adalah penyakit autoimune berupa bula yang bersifat kronik, dapat mengenai membran mukosa maupun kulit dan ditemukannya antibodi IgG yang bersirkulasi dan terikat pada permukaan sel karatimosit, menyebabkan tingbulnya suatu reaksi pemisahan sel-sel epidermis diakibatkan karena tidak adanya kohesi antara sel-sel epidermis, proses ini disebut akantolisis dan akhirnya terbentuknya bula di suprabasal.

A. PENGERTIAN

English: Low mag. Image:Pemphigus vulgaris - i...
English: Low mag. Image:Pemphigus vulgaris - intermed mag.jpg (Photo credit: Wikipedia)
Pemfigus vulgaris adalah dermatitis vesikulobulosa reuren yang merupakan kelainan herediter paling sering pada aksila, lipat paha, dan leher disertai lesi berkelompok yang mengadakan regresi sesudah beberapa minggu atau beberapa bulan (Dorland, 1998).
Pemfigus vulgaris merupakan penyakit serius pada kulit yang ditandai dengan timbulnya bulla (lepuh) dengn berbagai ukuran (misalnya 1-10 cm) pada kulit yang tampak normal dan membrane ukosa (misalnya mulut dan vagina) (Brunner, 2002)
Pemfigus adalah kumpulan penyakit kulit autoimun terbuka kronik, menyerang kulit dan membran mukosa yang secara histologik ditandai dengan bula intra spidermal akibat proses ukontolisis (pemisahan sel-sel intra sel) dan secara imunopatologi ditemukan antibody terhadap komponen dermosom pada permukaan keratinosis jenis Ig I, baik terikat mupun beredar dalam sirkulasi darah ( Djuanda:2001, hal :186)
Pemfigus adalah penyakit kulit yang ditandai dengan timbulnya sebaran gelembung secara berturut-turut yang mengering dengan meninggalkan bercak-bercak berwarna gelap, dapat diiringi dengan rasa gatal atau tidak dan umumnya mempengaruhi keadaan umum si penderita. (Laksman: 1999, hal:261).
Pemfigus vulgaris adalah salah satu penyakit autoimun yang menyerang kulit dan membrane mukosa yag menyebabkan timbulnya bula atau lepuh biasanya terjadi di mulut, idung, tenggorokan, dan genital (www.pemfigus.org.com)
Pada penyakit pemfigus vulgaris timbul bulla di lapisan terluar dari epidermis klit dan membrane mukosa. Pemfigus vulgaris adalah “autoimmune disorder” yaitu system imun memproduksi antibody yang menyerang spesifik pada protein kulit dan membrane mukosa. Antibodi ini menghasilkan reaks yang menimbulkan pemisahan pada lapisan sel epidermis (akantolisis) satu sama lain karena kerusakan atau abnormalitas substansi intrasel. Tepatnya perkembangan antibody menyerang jaringan tubuh (autoantibody) belum diketahui.

B. ETIOLOGI
Penyebab pasti pemphigus vulgaris tidak diketahui, dimana terjadinya pembentukan IgG, beberapa faktor potensial relevan yaitu :
1. Faktor genetik : molekul majorhistocompatibility compex (MHC) kelas II berhubungan dengan human leukocyte antigen DR$ dan human leukocyte antigen DRw6
2. Pemphigus sering terdapat pada pasien dengan penyakit autoimune yang lain, terutama pada myasthemia gravis thymoma
3. D-Penicillemine dan captopril dilaporkan dapat menginduksi terjadinya pemphigus (jarang)

Disaster Nursing Peran Perawat Pada Pase pra, intra/saat, post/pasca Bencana



1.    Bagaimana Peran Perawat Pada Pase pra Bencana ?
Siklus penanganan bencana pada pase pra bencana yaitu Kesiapan Dan Pencegahan dengan peran perawat pada pase pra bencana :
a.  Perawat mengikuti pendidikan dan pelatihan bagi tenaga kesehatan dalam penanggulangan ancaman bencana untuk setiap fasenya. 
b.  Perawat ikut terlibat dalam berbagai dinas pemerintahan, organisasi lingkungan, paling merah nasional, maupun lembaga-lembaga kemasyarakatan dalam memberikan penyuluhan dan simulasi persiapan menghadapi ancaman bencana kepada masyarakat.
c.   Perawat terlibat dalam program promosi kesehatan untuk meningkatkan kesiapan masyarakat dalam menghadapi bencana yang meliputi hal-hal berikut.
1)  Usaha pertolongan diri sendiri (pada masyarakat tersebut).
2)  Pelatihan pertolongan pertama pada keluarga seperti menolong anggota keluarga yang lain.
3)  Pembekalan informasi tentang bagaimana menyimpan dan membawa persediaan makanan dan penggunaan air yang aman.
4)  Perawat juga dapat memberikan beberapa alamat dan nomor telepon darurat seperti dinas kebakaran, rumah sakit, dan ambulans.
5)  Memberikan informasi tempat-tempat alternatif penampungan dan posko-posko bencana.
6)  Memberikan informasi tentang perlengkapan yang dapat dibawa seperti pakaian seperlunya, radio portable, senter beserta baterainya, dan lainnya.

2.    Bagaimana Peran Perawat Pada Pase intra/saat Bencana ?
Siklus penanganan bencana pada pase intra/saat bencana yaitu Tanggap darurat dengan peran perawat pada pase intra/saat bencana :
1)  Bertindak cepat
2)  Do not promise. Perawat seharusnya tidak menjanjikan apapun dengan pasti, dengan maksud memberikan harapan yang besar pada para korban selamat.
3)  Berkonsentrasi penuh pada apa yang dilakukan
4)  Koordinasi danmenciptakan kepemimpinan.
5)  Untuk jangka panjang, bersama-sama pihak yang terkait dapat mendiskusikan dan merancang master plan of revitalizing, biasanya untuk jangka waktu 30 bulan pertama.


3.    Bagaimana Peran Perawat Pada Pase post/pasca Bencana ?
Siklus penanganan bencana pada pase post/pasca bencana yaitu Rekuntruksi dan rehabilitasi dengan peran perawat pada pase post/pasca bencana :
a.  Bencana tentu memberikan bekas khusus bagi keadaaan fisik, sosial, dan psikologis korban.
b.  Stres psikologis yang terjadi dapat terus berkembang hingga terjadi post-traumatic stress disorder (PTSD) yang merupakan sindrom dengan tiga kriteria utama. Pertama, gejala trauma pasti dapat dikenali. Kedua, individu tersebut mengalami gejala ulang traumanya melalui flashback, mimpi, ataupun peristiwa-peristiwa yang memacunya. Ketga, individu akan menunjukkan gangguan fisik. Selain itu, individu dengan PTSD dapat mengalami penurunan konsentrasi, perasaan bersalah, dan gangguan memori
c.   Tim kesehatan bersama masyarakat dan profesi lain yang terkait bekerja sama dengan unsur lintas sektor menangani masalah kesehatan masyarakat pasca-gawat darurat serta mempercepat fase pemulihan menuju keadaan sehat dan aman.

Referesi
Efendi, Ferry Makhfudli, 2009. Keperawatan Kesehtan Komunitas: Teori dan Praktik Dalam Keperawatan, Salemba Medika, Jakarta.